Rabu, 24 Agustus 2011

Sejarah Toyotomi Hideyoshi


Toyotomi Hideyoshi

Toyotomi Hideyoshi

Toyotomi Hideyoshi ( 2 Februari 1536 – 18 September 1598 ) adalah pemimpin Jepang mulai dari zaman Sengoku sampai zaman Azuchi Momoyama. Lahir sebagai anak petani di desa Nakamura, provinsi Owari (sebelah barat Prefektur Aichi), sewaktu menjadi tangan kanan daimyo Oda Nobunaga yang paling diandalkan. Setelah berhasil berdamai dengan klan Mori di daerah Chugoku, Hideyoshi menarik kembali pasukannya (peristiwa Penarikan Pasukan dari Chugoku) ke Kyoto menemukan Oda Nobunaga sang majikan dibunuh oleh bawahannya Akechi Mitsuhide dalam Insiden Honnoji (honnoji no hen). Hideyoshi mewariskan kekuasaan Oda Nobunaga setelah berhasil menghabisi Akechi Mitsuhide dalam Pertempuran Yamazaki. Hideyoshi membangun Istana Osaka, tapi mengingat latar belakangnya sebagai orang biasa, Kaisar belum bisa memberikan gelar shogun, sehingga untuk sementara Hideyoshi diberi gelar Kampaku. Pada waktu menerima jabatan Dajo daijin ( 1586), kaisar menghadiahkan nama keluarga Toyotomi. Setelah berhasil menjadi pemimpin yang mempersatukan seluruh wilayah Jepang, Toyotomi Hideyoshi mengadakan survei wilayah yang disebut Taikokenchi (Taikokenchi) dan melarang orang di luar kalangan bushi untuk memiliki senjata katana. Di tengah invasi ke Korea yang disebut Perang Tujuh Tahun (Bunroku-keicho no eki), Toyotomi Hideyoshi tutup usia setelah mewariskan kekuasaan kepada putranya Toyotomi Hideyori yang dititipkannya kepada Tokugawa Ieyasu.

A. Sejarah
Perjalanan hidup Toyotomi Hideyoshi yang luar biasa dari anak petani sampai menjadi orang nomor satu di zaman Sengoku sering dijadikan bahan cerita yang dikisahkan secara turun temurun dan sering dilebih-lebihkan. Toyotomi Hideyoshi konon pernah membangun Istana Sunomata dalam waktu semalam, mempertaruhkan nyawa dalam Pertempuran Kanegasaki agar posisi Oda Nobunaga yang sedang terjepit maut bisa lolos melarikan diri, dan pernah menyerang Istana Takamatsu dengan banjiran air.
Toyotomi Hideyoshi berhasil menjadi pemimpin pemersatu Jepang setelah menaklukkan klan Gohojo yang merupakan musuh besar terakhir. Hideyoshi berhasil menghentikan perang berkecamuk sejak lama dan menandai berakhirnya periode Sengoku.
Pada tahun 1591, Hideyoshi melakukan suksesi, jabatan Kampaku diwariskan Hideyoshi kepada keponakannya yang bernama Toyotomi Hidetsugu, sedangkan Hideyoshi mendapat gelar Taiko (sebutan kehormatan untuk pensiunan Kampaku).
Ada cerita tentang Hideyoshi yang kabarnya pernah memerintahkan pengikutnya, seorang guru upacara minum teh ( sajin) yang bernama Sen no Rikyu untuk bunuh diri. Furuta Shigeteru dan Hosokawa Tadaoki sudah berusaha menjelaskan duduk perkara dan memohon kepada Hideyoshi untuk mengampuni nyawa Sen no Rikyū tapi ternyata tidak ditanggapi. Sen no Rikyu akhirnya melakukan seppuku dan kepalanya dipertontonkan di jembatan Ichijomodori. Ada berbagai pendapat yang bertentangan mengenai sebab terjadinya peristiwa ini.
Pada tahun itu juga (1591), terjadi pemberontakan yang disebabkan oleh seluruh anggota keluarga klan Nambu terlibat sengketa soal pewaris kekuasaan Kunohe Masazane. Hideyoshi segera menyetujui permohonan bantuan dari Nambu Nobunao dan menunjuk Toyotomi Hidetsugu sebagai panglima pasukan gabungan. Pasukan gabungan untuk menyerbu Kunohe terdiri dari pasukan pimpinan Gamō Ujisato, Asano Nagamasa, dan Ishida Mitsunari. Pasukan milik para daimyo dari wilayah Tohoku juga diperintahkan untuk bergabung, sehingga pasukan jumlahnya makin bertambah banyak. Konon jumlah pasukan yang menyerbu Kuzunohe hingga mencapai 60.000 prajurit. Kakak beradik Kunohe Masazane dan Kunohe Sanechika memang mengadakan perlawanan tapi akhirnya tidak berdaya diserang pasukan dalam jumlah besar dan menyerah. Pemberontakan selesai setelah seluruh anggota keluarga klan Kunohe dihabisi dengan cara dipenggal.
Pada tahun 1592, Hideyoshi mengirim pasukan ke dinasti Joseon (sekarang dikenal sebagai Korea). Perang ini disebut Perang Tujuh Tahun (bunroku keichō no eki?). Pada saat awalnya, pasukan Joseon dapat mudah ditaklukkan, Hanyang (sekarang dikenal sebagai Seoul) pun berhasil dikuasai pasukan Hideyoshi. Situasi perang bertambah buruk akibat datangnya bala bantuan dari dinasti Ming dan perlawanan pasukan relawan dari berbagai daerah di Joseon, sehingga harus dibuat gencatan senjata.
Pada tahun 1593 lahir seorang anak laki-laki yang dinamakan Toyotomi Hideyori dari istri muda Hideyoshi yang bernama Yodo dono. Dua tahun kemudian (1595), keponakan Hideyoshi yang bernama Toyotomi Hidetsugu diperintahkan untuk melakukan seppuku dengan alasan perbuatan Hidetsugu sudah tidak terkendali sampai-sampai mendapat julukan “Kampaku haus darah.” Penasehat Hidetsugu dan pengikut setia Hideyoshi seperti Maeno Nagayasu juga dianggap terlibat sehingga diperintahkan melakukan seppuku. Seluruh anggota keluarga Hidetsugu seperti istri dan anak-anaknya juga dihukum mati. Ada berbagai pendapat yang meragukan perbuatan perbuatan yang di luar batas yang dilakukan Hidetsugu. Pendapat lain mengatakan Hidetsugu dianggap tidak dibutuhkan lagi karena kelahiran Toyotomi Hideyori yang merupakan anak sah dari Yodo dono sekaligus pewaris klan Hideyoshi.
Kegagalan perundingan damai menyebabkan Hideyoshi kembali menginvasi Joseon untuk yang kedua kali pada tahun 1597. Di tengah kemelut invasi ke Joseon, Hideyoshi yang menderita kanker perut merasa umurnya tidak akan lama lagi. Pada tanggal 18 Agustus 1598, Hideyoshi memanggil lima pembantu seniornya dan menunjuk Tokugawa Ieyasu dan Toyotomi Hideyori sebagai pelaksana tugas sehari-hari, sedangkan Maeda Toshiie ditunjuk sebagai pendamping Hideyori yang masih kecil. Hideyoshi lalu tutup usia di Istana Fushimi di usia 62 tahun.
Invasi ke Joseon berakhir setelah wafatnya Hideyoshi. Perang ini menyebabkan kerugian besar pada tentara rakyat Joseon dan kerusakan besar-besaran wilayah Joseon. Kerugian besar juga dialami pasukan bala bantuan dari kekaisaran dinasti Ming, tapi pihak Jepang justru mengalami kerugian yang jauh lebih besar. Prajurit terbaik Hideyoshi banyak yang gugur di medan laga Joseon, sehingga hubungan antara klan Hideyoshi dan para pengikutnya menjadi retak. Salah satu agenda politik luar negeri Keshogunan Tokugawa adalah memperbaiki hubungan buruk antara Jepang dan Joseon.
Sebelum tutup usia, Hideyoshi menulis puisi perpisahan berupa tanka yang berbunyi: tsuyu to ochi tsuyu to kienishi wagamikana naniwa no koto wa yume no mata yume (tsuyu to ochi tsuyu to kienishi wagamikana naniwa no koto wa yume no mata yume? embun jatuhlah, embun lalu hilanglah, jalan hidupku, kisah tentang Naniwa, mimpi di dalam mimpi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar